Breaking News

GEJALA KLINIS DAN PATOLOGI VIRUS AVIAN INFLUENZA (AI)

Gambar. Keluarnya cairan dari Paruh dan Hidung  


1. Gejala Klinis


Gejala klinis yang terlihat pada ayam penderita HPAI antara lain adalah, jengger, pial, kelopak mata, telapak kaki dan perut yang tidak ditumbuhi bulu terlihat berwarna biru keunguan. Adanya perdarahan pada kaki berupa bintik- bintik merah (ptekhie) atau biasa disebut kerokan kaki. Keluarnya cairan dari mata dan hidung, pembengkakan pada muka dan kepala, diare, batuk, bersin dan ngorok. Nafsu makan menurun, penurunan produksi telur, kerabang telur lembek. Adanya gangguan syaraf, tortikolis, lumpuh dan gemetaran. Kematian terjadi dengan cepat. Sementara itu pada LPAI, kadang gejala klinis tidak terlihat dengan jelas.


2. Patologi


Pada nekropsi (bedah bangkai) yang terlihat adalah perdarahan umum, edema, hiperemi atau ptekhie pada hampir seluruh bagian tubuh, kondisi ini sangat sulit dibedakan dari ND ganas. Selain itu ditemukan edema subkutan. Perubahan pada nekropsi mungkin sangat bervariasi sejalan dengan umur, spesies, dan patogenisitas virus. Beberapa ciri lesi tipikal dapat berupa, edema subkutan pada daerah kepala dan leher, kongesti dan ptekhie konjunctiva, trakea dilapisi mukus atau hemorragik, kongesti dan timbunan urat dalam ginjal, ptekhie pada proventrikulus, tembolok, usus, lemak abdominal dan peritoneum. Ovarium pada ayam petelur terlihat hemorragik atau nekrotik, kantung telur terisi dengan kuning telur yang ruptur sehingga sering terlihat adanya peritonitis dan peradangan pada kantung udara. Sering pada ayam muda yang mati perakut terlihat adanya dehidrasi dan kongesti otot yang parah.

Bentuk Ringan. Terjadi radang nekrotik pada proventikulus dekat perbatasan dengan ventrikulus, pankreas bewarna merah tua dan kuning muda, terdapat eksudat (kataralis, fibrinous, serofibrinous, mukopurulen atau kaseus) pada trachea, penebalan kantong udara berisi eksudat fibrinous atau kaseus, peritonitis fibrinous dan peritonitis, enteritis kataralis sampai fibrinous dan terdapat eksudat di dalam oviduct.

Bentuk Akut. Bila mati dalam waktu singkat tidak akan ditemukan perubahan makroskopik tertentu. Pada stadium awal terlihat edema kepala yang disertai dengan pembengkakan sinus, sianosis, kongesti dan hemorragik pada pial dan jengger, kongesti dan haemorrhagi pada kaki, dan nekrosis pada hati, limpa, ginjal serta paru-paru.

3. Diagnosa


Diagnosa lapangan dengan melihat gejala klinis dan patologi anatomi. Secara laboratorium diagnosa dapat ditegakkan secara virologis dengan cara inokulasi suspensi spesimen (suspensi swab hidung dan trakea, swab kloaka dan feses atau organ berupa trakea, paru, limpa, pankreas dan otak) pada telur berembrio umur 9 – 11 hari (3 telur per spesimen). Identifikasi dapat dilakukan secara serologis, antara lain dengan uji Agar Gel Immunodifusion (AGID), uji Haemagglutination Inhibition (HI). Penentuan patogenisitas virus dilakukan dengan cara menyuntikkan isolat virus dari cairan alantois secara intravena (IV) pada 10 ekor anak ayam umur 6 minggu atau 4  8 minggu. Jika mati 6 ekor atau lebih dalam 10 hari, atau Intravena patogenicity index (IVPI)
> 1,2 dianggap HPAI. Secara molekuler keberadaan virus AI dapat dideteksi dengan reverse transcriptase polymerase chain reaction (RT-PCR), real time RT-PCR atau sekuensing genetik.

4. Diagnosa Banding


Avian Influenza sering dikelirukan dengan Newcastle Disease (ND), Infectious Laryngotrachaetis (ILT), Infectious Bronchitis (IB), Fowl cholera dan infeksi Escherichia coli.

5. Pengambilan dan Pengiriman Spesimen


Spesimen yang diambil untuk uji serologi adalah serum, sedangkan untuk uji virologi adalah swab hidung dan trakea, swab kloaka dan feses, paru, limpa, pankreas dan otak. Baik jaringan organ segar maupun spesimen swab harus dikirim dalam media transpor ke laboratorium. Pengiriman spesimen harus dijaga dalam keadaan dingin dan dikirimkan ke Laboratorium Veteriner setempat .

1 komentar:

Designed By